Buku dan Proyeksi Diri

Apa yang kita baca hari ini akan membentuk diri kita 5 tahun atau 10 tahun dari sekarang. Ide serta gagasan yang Anda cerna dan pahami saat ini akan menggema dalam keseharian hingga akhirnya membentuk karakter dan pola pikir Anda nanti.

Jika seseorang saat ini menggebu untuk jadi enterpreneur dan mengejar pensiun dini, bisa ditebak dia pernah atau baru saja membaca buku macam karangan Robert T Kiyosaki atau membaca kisah-kisah sukses para pengusaha. Jika Seseorang suka memperbincangkan sesuatu yang imajinatif, dia pasti suka membaca komik Naruto, Dragon Ball atau novel karangan JK Rowling.

Begitu pula dengan masa depan Kita. Apa yang Kita baca sekarang ini akan linier dengan pola pikir kita 5 atau 10 tahun nanti. Karenanya, pilihlah buku yang memberikan informasi yang kita perlukan di masa depan nanti. Ingin jadi orang seperti apakah kita nanti?

24 Komentar

Filed under Catatan Harian

Jumat dan Renungan

Hari Jumat bagi Saya adalah hari di mana Saya bisa meluangkan waktu untuk mendengar, memahami kondisi kekinian dan juga merenungi hidup dan kehidupan *halah*. Jumat adalah Hari yang mulia, bahkan ada waktu-waktu tertentu (yang tidak kita ketahui pasti) merupakan waktu yang mustajabah, artinya jika kita berdoa di salah satu waktu di Hari Jumat maka tidak lain pasti akan dikabulkan oleh-Nya.

Di Hari Jumat, Saya sebagai Muslim selalu hadir untuk Shalat Jumat dan mendengar Khutbah Jumat. Bagi Saya, di sinilah momen penting dalam seminggu yang selalu Saya tunggu untuk mendapatkan update informasi kekinian mengenai kondisi Islam di Dunia dan Bangsa Indonesia khususnya. Khutbah Jumat merupakan sarana pengingat untuk Saya agar senantiasa memperbarui iman dan ketakwaan (ini adalah menu wajib yang harus disuguhkan oleh Khotib). Namun selain itu, yang sering Saya tunggu dari para Khotib adalah informasi kekinian mengenai kondisi keislaman di dunia dan di Indonesia pada umumnya.

Baca lebih lanjut

6 Komentar

Filed under Catatan Harian, dari kantor

Diskusi – part 2

Dengarkanlah apa yang disampaikan, jangan lihat siapa yang menyampaikan. Kalimat tersohor tadi konon terlontar dari mulut Sahabat Ali RA. Pesan yang terkandung sudah jelas, bahwa ilmu dan pelajaran bisa kita dapatkan dari siapa saja, bahkan musuh sekalipun.

Baca lebih lanjut

1 Komentar

Filed under Catatan Harian, Iseng, Mencari Jati Diri, Renungan

Yuk ingatkan!

Belum lama ini, Saya melihat petugas TransJakarta yang sedang memungut dan menyobek tiket duduk -dengan tidak nyaman- di palang pintu yang juga merupakan pintu keluar penumpang. Melihat pintu keluar yang dihalangi oleh petugas yang tidak sepatutnya duduk di palang pintu tersebut, Saya pun bertanya sekaligus mengingatkan yang kurang lebih isinya, “Mas, tolong tidak duduk di palang pintu karena ini mestinya adalah pintu keluar dan akan mengganggu penumpang yang lalu lalang, juga palang pintu nya bisa rusak atau patah menahan beban tubuh”. Sambil lalu, sang Petugas menjawab dengan datar, “nggak bakal rusak koq, mas”.
Baca lebih lanjut

4 Komentar

Filed under Catatan Harian, dari kantor, Mencari Jati Diri, Pelajaran Berharga, Renungan

Ilusi “Kebiasaan”

Ketika suatu kegiatan atau pola kerja sudah menjadi kebiasaan atau bahkan rutinitas, sangat sulit memisahkan antara hal yang menjadi kebiasaan dengan kondisi riil yang di luar kebiasaan. Misal saja kita sudah terbiasa menaruh kunci di satu meja, maka ketika suatu kali kita taruh di tempat lain dan kita lupa di mana maka tempat pertama yang kita cari adalah meja tersebut. Ini bisa jadi sangat membantu kita, karena dengan demikian kita membiasakan hidup teratur rapi. Namun ada suatu saat ketika kita benar-benar terlalu percaya dengan kebiasaan itu hingga kita yakin kita telah mengikuti kebiasaan itu dan mengesampingkan kemungkinan lain.
Baca lebih lanjut

2 Komentar

Filed under Catatan Harian, dari kantor, Iseng, Pelajaran Berharga

Tampang Boros? Bersyukurlah

Ketika seseorang baru pertama kali bertemu Saya, bukan sekali dua kali Saya dikira berumur beberapa tahun lebih tua dari usia Saya yang sebenarnya. Ketika Saya masih SMA, teman kakak Saya mengira Saya sudah kuliah. Ketika Saya masih kuliah, orang mengira Saya sudah kerja. Nah, ketika Saya baru saja mulai kerja di Jakarta, seorang penjaga toko tanpa ragu nyeletuk ke Saya ketika Saya sedang nyari bingkisan hadiah, “buat anaknya ya, Pak?”. glodakkk…

Beberapa orang bahkan sampai kaget dan ada pula yang tak percaya ketika Saya menyatakan usia Saya yang sebenarnya. Tapi Saya pun mafhum dan tidak terlalu ambil pusing dengan itu. Bahkan, baru-baru ini Saya mulai sadar bahwa ternyata ada manfaatnya juga punya tampang “boros”.

Baca lebih lanjut

13 Komentar

Filed under Catatan Harian, Iseng, Memoar

Tekad dan Kesabaran – Seri Tulisan Keluarga

Saat usia remaja, Kakak Saya yang ketiga memiliki perawakan tubuh yang tambun, jauh dari perawakannya yang sekarang langsing dan bisa dibilang pendek – jika dibandingkan dengan kami 6 bersaudara. Saat itu dia diberi julukan semok atau kadang van mook atas perawakan tubuhnya yang tambun. Julukan dan olokan adalah hal yang lumrah dan penting untuk kalangan remaja pada masa itu dan akan tetap melekat hingga dewasa.

Alkisah, menyadari bahwa tubuh gendut tidak akan membuatnya terlihat tampan, kakak Saya pun bertekad untuk menurunkan berat badan. Sementara Saya sendiri pada masa itu berusaha keras agar tidak terlalu kurus, kakak Saya malah berniat sebaliknya.

Baca lebih lanjut

3 Komentar

Filed under Catatan Harian, Keluarga, Memoar, Mencari Jati Diri, Pelajaran Berharga

Anak Pertama – Seri Tulisan Keluarga

Anak pertama selalu identik dengan tanggung jawab. Ia lah pemegang tongkat estafet berikut dalam rantai tanggung jawab keluarga setelah Bapak/Ayah. Jika Anda adalah anak pertama, terutama anak pertama laki-laki, pasti sadar pentingnya mengambil peran dan berkorban untuk saudara.

Baca lebih lanjut

3 Komentar

Filed under Catatan Harian, Keluarga, Mencari Jati Diri, Pelajaran Berharga, Renungan

Bola dan Buku – Seri Tulisan Keluarga

Saat masih usia 9 atau 10 tahun, Saya ingin jadi seperti kakak Saya yang kedua. Ketika itu dia seakan bintang besar di mata Saya; pinter main bola, kreatif dalam hal seni, di sekolah juga nilainya bagus. Tapi yang paling Saya ingini adalah yang pertama, pinter main bola.

Jadilah Saya ikut-ikutan anak-anak kampung yang lain main bola tiap pagi. Bahkan halaman depan rumah yang cukup luas juga tak luput jadi tempat bermain kami tiap hari. Kemahiran mengocek bola jadi satu prestise tersendiri di kalangan anak-anak pada masa Saya itu.

Baca lebih lanjut

3 Komentar

Filed under Catatan Harian, Keluarga, NostalGila, Pelajaran Berharga, Renungan