Talk Less do More: 4 tipe manusia dalam berkarya


Jargon di atas belakangan sering kita lihat di jalanan, atau bahkan di layar televisi yang kita tonton. Ya, kalimat di atas memang jargon salah satu produk rokok yang saat ini sedang gencar promosi. Eits… Tapi jangan salah sangka. Saya bukannya mau promosi produk itu lho. Lagipula, Saya juga bukan perokok, bahkan penentang rokok.

Sebenarnya kita sudah sering mendengarnya koq. Terjemahan sederhana dalam bahasa kita kurang lebih: “Sedikit Bicara Banyak Bekerja”. Betul tidak? Loh, bukannya itu peribahasa Indonesia ya? tapi Saya sendiri tak yakin itu peribahsa kita atau tidak. Maybe Yes maybe Not…


Hemmm… sebenarnya ini merupakan topik aktual yang dihadapi bangsa kita. Kita sering melihat pejabat dan pemimpin bangsa ini kerjanya hanya bicara cas cis cus kesana kemari, tapi hasilnya? NOL BESAR. Mungkin ini yang coba disindir produsen rokok (entah motifnya apa?) melalui iklannya. Karena memang peraturan saat ini melarang produk rokok untuk promosi produknya dengan memperlihatkan orang yang sedang merokok.

2 tahun Saya belajar oranisasi di Kampus, mulai dari menjadi Staf hingga memimpin Himpunan Mahasiswa terbesar di Kampus, Saya telah menemui berbagai macam tipe orang. Ada yang pinter ngomong tapi kurang bisa enak diajak kerja, ada yang tidak banyak bicara tapi kerjanya efektif, dan ada juga yang hanya bisa mengikuti arus: apa yang harus dikerjakan ya dikerjakan.

Saya mengelompokkan tipe2 orang ke dalam 4 kelompok:

1. Mereka yang enak diajak mikir tapi kurang semangat diajak kerja

2. Mereka yang enak diajak mikir dan semangat diajak kerja,

3. Mereka yang semangat diajak kerja tapi kurang bisa diajak mikir,

4. Mereka yang tidak bisa diajak mikir dan tidak bisa diajak kerja.

Semua berguna pada waktunya, kecuali tipe yang keempat: Tak bisa diharapkan. Tipe pertama akan sangat kita butuhkan ketika menghadapi permsalahan yang cukup pelik kita hadapi sendiri. Makanya kita membutuhkan sumbangan pemikiran dari orang lain yang lebih kaya pengetahuannya seperti mereka. Namun sayang, jangan harap bisa memanfaatkan “otot” orang tipe ini. Sulit sekali menggerakkan mereka. Karena mereka selalu menemukan cara untuk berkelit dan menghindar dari tugas.

Orang tipe kedua ini yang Saya sukai. Bisa diandalkan untuk diajak memikirkan masalah , ide-idenya segar, dan yang terpenting adalah mereka tipe pekerja yang efektif. Saya bahkan sering berpesan kepada adik-adik junior Saya di Himpunan (terutama Kahimanya) bahwa kalau mencari pengurus ya tipe yang kedua ini. Tapi Sayang, orang macam ini memang tak banyak, dan mungkin hampir punah. (Kayak Badak aja… hehe…)

Tipe ketiga inilah yang banyak membantu Saya dalam organisasi. Orang-orang seperti merekalah yang menggerakkan roda organisasi. Mereka ini tipe orang yang loyal kepada pemimpin dan dorongan kerjanya bukan materi. Mereka berusaha belajar banyak dari organisasi, meski hanya ikut-ikutan saja. Karenanya, tak jarang Saya dekati orang-orang seperti ini dan saya ajak bicara. Saya pancing hasrat dan pemikiran mereka. Karena mereka tentu akan rugi jika nanti telah lulus tapi tak mempunyai pengetahuan dan kepercayaan diri, misalnya bicara di depan umum.

7 Komentar

Filed under Bahan Bacaan, Catatan Harian, Memoar, Mencari Jati Diri, Pelajaran Berharga, Renungan

7 responses to “Talk Less do More: 4 tipe manusia dalam berkarya

  1. Ceevuik

    Mmhh,,,saia masuk tipe yg mana yaa.. Maybe the third.. Dalam organisasi terkadang malez untuk ikut rapat,,,heheh,,hbznya kbanyakan ngemeng,,terlalu banyak banyak rencana,,pengen langsung kerja ajah,,palagi klo smuanya mau diajak,,woww..:D tambah semangat saiah.. Ato ga,,lebih suka acara yg dadakan,,krna terkadang ide2 itu muncul klo udh kepepet,,knp yahh,,,slalu githu. Direncanain,,kagak bs mikir,,klo pun punya ide,,pasti ga efektif,,terkadang ngaco,,n idenya gila,,heheh.. Klo udh kburu wktu,,wahh,,wah to the point aj..

  2. ada 1 tipe lagi:
    yang suka mikir sendiri and kerja sendiri ^^

  3. @nani: Saya suka orang2 tipe ketiga,,, banyak membantu,,, hehe

    @puchsukahujan: wah2,,, iya nih,, orang autis,, haha,,

  4. tapi justru itu uniknya, klo punya partner kerja ky’ gitu

    bisa jadi tantangan tersendiri

  5. kalau saya lebih memilih yang bisa di ajak mikir karena biasanya sebuah pemikiran lebih berharga dari sebuah pekerjaan, kalau pekerjaan masih bisa yang melakukannya tapi kalau pikiran? pasti jarang yang punya ide briliant

  6. sebenarnya watak orang memang berbeda dan persepsi, ada baiknya dari karakter diatas kita jadikan satu. jadi lengkap kan?

  7. semua berbeda namun bisa jadi pelengkap gan

Silahkan Tinggalkan Komentar...